Incaran Korps Marinir TNI AL 2S31 Vena [enemyforces]
Pada saat pisah sambut Komandan Korps Marinir, KSAL Laksamana TNI Ade Supandi secara gamblang menyebut bahwa Korp Marinir tengah mengincar kendaraan tempur mortir swagerak 2S31. Ini tentu menambah banyak daftar akuisisi alutsista Korp Marinir yang sudah kebagian peluncur roket RM-70 Vampir dan BTR-4M yang akan datang sebentar lagi.
Sebelum membahas mengenai spesifikasi, pertanyaan pertama yang seharusnya ditanyakan adalah: kenapa harus mortir swagerak? Padahal Korp Marinir sudah memiliki meriam howitzer LG-1 105mm dan juga RM-70 Grad/ Vampir untuk bantuan tembakan.
Kunci jawabannya adalah pada konsep connector atau penghubung. Kedua alutsista bantuan tembakan tersebut membutuhkan wahana pembawa lain dan tidak dapat tiba di pantai dengan kemampuannya sendiri. LG-1 harus dibopong K-61 Kapa atau PTS-10. RM-70 malah harus menunggu kapal pendarat untuk membawanya ke pantai.
Padahal tank-tank amfibi Korp Marinir seperti BMP-3F atau PT-76 membutuhkan lindungan artileri dari titik pendaratan pantai yang telah direbut (beach head) dan terus menusuk ke daratan. Kecepatan serbuan amfibi yang tak terputus sampai ke daratan adalah kunci untuk mempertahankan momentum serbuan dan meraih kemenangan.
Kenapa menggunakan mortir? Bagi Korp Marinir, ranpur mortir swagerak mampu menyediakan perimbangan antara daya gebuk dan daya gerak, khususnya karena Korp Marinir tergantung pada LPD dan kapal pendarat TNI AL yang jumlahnya terbatas.
Selain itu, amunisi mortir 120mm tentu jauh lebih murah dibanding amunisi howitzer 105mm atau roket 122mm, sehingga biaya penggelarannya pun dapat ditekan. Untuk amunisi, mortir 120mm Rusia dan Barat sama desainnya, sehingga sumber untuk amunisi boleh dikatakan mudah.
[militarytoday]
2S31 pada dasarnya adalah hasil bastar antara sistem kubah mortir 120mm yang dibuat pabrikan Motovilikha Zavod di Perm dengan sasis dari BMP-3, dengan perusahaan utama yang menjadi penanggungjawab integrasi adalah P.O. Kurganskiyi Mashinostroitel.
Sasis BMP-3 yang digunakan mengalami beberapa penyesuaian seperti dihilangkannya port untuk penembak senapan mesin di kanan-kiri depan karena 2S31 tidak diharapkan untuk bertempur di garis depan. Untuk sistem penggerak tetap menggunakan mesin diesel UTD-29M empat langkah berdaya 500hp yang dikawinkan dengan gearbox otomatis dengan empat gigi maju dan dua gigi mundur. Kemampuan amfibi tetap dipertahankan pada 2S31, sehingga tentu saja menarik hati Korp Marinir untuk mengakuisisinya.
Yang paling berbeda dari 2S31 tentu saja kubahnya yang mengusung mortir 120mm berkode 2A80, dan dioperasikan oleh tiga awak yaitu komandan, juru tembak, dan pengisi peluru. Komandan duduk di kiri, juru tembaknya duduk di kanan dan mengoperasikan sistem bidik. Sistem bidiknya sudah menggunakan komputer pengendali tembakan yang terdiri dari komputer, sistem navigasi berbasis GLONASS, laser rangefinder untuk menentukan jarak, dan sistem pembidik berbasis laser. Satu unit 2S31 dapat menjadi koordinator untuk lasing bagi seluruh baterai 2S31, sampai enam kendaraan dapat dikendalikan oleh satu kendaraan.
Untuk kemampuan mortir, jarak jangkau maksimal yang dapat dijangkau 13 kilometer dengan munisi HE (High Explosive). Kecepatan tembaknya mencapai maksimal 10 butir peluru per menit. Vena mampu membawa 70 butir proyektil 120mm cadangan, sementara 22 lainnya tersimpan dalam magasen yang digunakan untuk memasok mortir. Penggunaan magasen bertujuan untuk meningkatkan kecepatan tembak mortir.
Pabrikan KBP-Tula juga menyediakan peluru mortir pintar Kitilov-2M (ada yang menyebut Kitolov) yang dapat dipandu sistem laser dari 2S31, dengan jarak maksimal 13,5 km. Jika mau meningkatkan jarak jangkaunya lagi, ada RAP (Rocket Assisted Projectile) yang mampu mendongkrak jarak jangkau proyektil mortir sampai 17-18 km tanpa penalti pada desain sistem senjatanya sendiri.
Untuk tipe proyektil lain ada iluminasi untuk penerangan medan tempur, atau AP (Armor Piercing) untuk sasaran dengan perkuatan seperti ranpur. Dalam keadaan darurat, laras mortir 120mm dapat digunakan untuk tembakan langsung melawan ancaman musuh yang mendekat.
Saat ini tercatat Azerbaijan dan Venezuela sudah menandatangani kontrak pembelian, sementara Rusia masih mengevaluasi dan melakukan pembelian secara terbatas.
Author: Aryo Nugroho
Video dibawah dari Youtube :
Pada saat pisah sambut Komandan Korps Marinir, KSAL Laksamana TNI Ade Supandi secara gamblang menyebut bahwa Korp Marinir tengah mengincar kendaraan tempur mortir swagerak 2S31. Ini tentu menambah banyak daftar akuisisi alutsista Korp Marinir yang sudah kebagian peluncur roket RM-70 Vampir dan BTR-4M yang akan datang sebentar lagi.
Sebelum membahas mengenai spesifikasi, pertanyaan pertama yang seharusnya ditanyakan adalah: kenapa harus mortir swagerak? Padahal Korp Marinir sudah memiliki meriam howitzer LG-1 105mm dan juga RM-70 Grad/ Vampir untuk bantuan tembakan.
Kunci jawabannya adalah pada konsep connector atau penghubung. Kedua alutsista bantuan tembakan tersebut membutuhkan wahana pembawa lain dan tidak dapat tiba di pantai dengan kemampuannya sendiri. LG-1 harus dibopong K-61 Kapa atau PTS-10. RM-70 malah harus menunggu kapal pendarat untuk membawanya ke pantai.
Padahal tank-tank amfibi Korp Marinir seperti BMP-3F atau PT-76 membutuhkan lindungan artileri dari titik pendaratan pantai yang telah direbut (beach head) dan terus menusuk ke daratan. Kecepatan serbuan amfibi yang tak terputus sampai ke daratan adalah kunci untuk mempertahankan momentum serbuan dan meraih kemenangan.
Kenapa menggunakan mortir? Bagi Korp Marinir, ranpur mortir swagerak mampu menyediakan perimbangan antara daya gebuk dan daya gerak, khususnya karena Korp Marinir tergantung pada LPD dan kapal pendarat TNI AL yang jumlahnya terbatas.
Selain itu, amunisi mortir 120mm tentu jauh lebih murah dibanding amunisi howitzer 105mm atau roket 122mm, sehingga biaya penggelarannya pun dapat ditekan. Untuk amunisi, mortir 120mm Rusia dan Barat sama desainnya, sehingga sumber untuk amunisi boleh dikatakan mudah.
[militarytoday]
2S31 pada dasarnya adalah hasil bastar antara sistem kubah mortir 120mm yang dibuat pabrikan Motovilikha Zavod di Perm dengan sasis dari BMP-3, dengan perusahaan utama yang menjadi penanggungjawab integrasi adalah P.O. Kurganskiyi Mashinostroitel.
Sasis BMP-3 yang digunakan mengalami beberapa penyesuaian seperti dihilangkannya port untuk penembak senapan mesin di kanan-kiri depan karena 2S31 tidak diharapkan untuk bertempur di garis depan. Untuk sistem penggerak tetap menggunakan mesin diesel UTD-29M empat langkah berdaya 500hp yang dikawinkan dengan gearbox otomatis dengan empat gigi maju dan dua gigi mundur. Kemampuan amfibi tetap dipertahankan pada 2S31, sehingga tentu saja menarik hati Korp Marinir untuk mengakuisisinya.
Yang paling berbeda dari 2S31 tentu saja kubahnya yang mengusung mortir 120mm berkode 2A80, dan dioperasikan oleh tiga awak yaitu komandan, juru tembak, dan pengisi peluru. Komandan duduk di kiri, juru tembaknya duduk di kanan dan mengoperasikan sistem bidik. Sistem bidiknya sudah menggunakan komputer pengendali tembakan yang terdiri dari komputer, sistem navigasi berbasis GLONASS, laser rangefinder untuk menentukan jarak, dan sistem pembidik berbasis laser. Satu unit 2S31 dapat menjadi koordinator untuk lasing bagi seluruh baterai 2S31, sampai enam kendaraan dapat dikendalikan oleh satu kendaraan.
Untuk kemampuan mortir, jarak jangkau maksimal yang dapat dijangkau 13 kilometer dengan munisi HE (High Explosive). Kecepatan tembaknya mencapai maksimal 10 butir peluru per menit. Vena mampu membawa 70 butir proyektil 120mm cadangan, sementara 22 lainnya tersimpan dalam magasen yang digunakan untuk memasok mortir. Penggunaan magasen bertujuan untuk meningkatkan kecepatan tembak mortir.
Pabrikan KBP-Tula juga menyediakan peluru mortir pintar Kitilov-2M (ada yang menyebut Kitolov) yang dapat dipandu sistem laser dari 2S31, dengan jarak maksimal 13,5 km. Jika mau meningkatkan jarak jangkaunya lagi, ada RAP (Rocket Assisted Projectile) yang mampu mendongkrak jarak jangkau proyektil mortir sampai 17-18 km tanpa penalti pada desain sistem senjatanya sendiri.
Untuk tipe proyektil lain ada iluminasi untuk penerangan medan tempur, atau AP (Armor Piercing) untuk sasaran dengan perkuatan seperti ranpur. Dalam keadaan darurat, laras mortir 120mm dapat digunakan untuk tembakan langsung melawan ancaman musuh yang mendekat.
Saat ini tercatat Azerbaijan dan Venezuela sudah menandatangani kontrak pembelian, sementara Rusia masih mengevaluasi dan melakukan pembelian secara terbatas.
Author: Aryo Nugroho
Video dibawah dari Youtube :
♘ Angkasa
0 komentar
Posting Komentar